SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Icon Disrupsi Pendidikan Indonesia
Boyolali - SMA Pradita Dirgantara mengadakan acara Talk show dan Media Gathering bertemakan “SMA Pradita Dirgantara sebagai Icon Disrupsi Pendidikan Indonesia” pada hari kamis, 14 Januari 2021 melalui aplikasi zoom. Tema tersebut merupakan respon dari disrupsi teknologi dan pendidikan yang terjadi di Indonesia dan dunia yang salah satunya sebagai akibat dari pandemic Covid-19.
Sebelum acara pokok, acara dimulai dengan sambutan yang disampaikan oleh KASAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P. dan Panglima TNI Marsekal TNI Dr. (H.C) Hadi Tjahjanto, S.I.P.
Hadir Sebagai pembicara Prof. Rhenald Khasali, Ph.D, Guru Besar UI sekaligus Founder Rumah Perubahan. Dalam paparannya Prof. Rhenald Khasali menyebut, disrupsi bersifat inovatif. Oleh karenanya, jangan dianggap sebagai ancaman, tapi inovasi yang memudahkan.
Menurutnya, disrupsi merupakan inovasi yang akan menggantikan sistem lama dengan cara-cara baru.
Ada beberapa tantangan di bidang pendidikan di era disrupsi. Pertama, yaitu digital devide, dalam artian pemerataan teknologi di daerah Indonesia tidak merata. Para pendidik harus mampu mencari formula untuk mengajar. Kedua, yaitu metodologi, yang meliputi bagaimana metode yang digunakan. Ketiga, memisahkan antara pengetahuan dan kecerdasan, di sekolah sebaiknya jangan hanya diajarkan pengetahuan namun juga membangun kecerdasan dengan memberikan tantangan. Keempat, menggabungkan antara low order thinking (menerapkan, memahami dan mengingat) dan high order thinking (menganalisa, mengevaluasi dan menciptakan). Kelima, obseletism, yaitu menghubungkan antara materi sekolah dengan kebutuhan sehingga materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan.
Selain itu dibutuhkan beberapa kecerdasan untuk menghadapi dunia baru ini diantaranya kecerdasan teknologi (kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan teknologi), kecerdasan sosial dan emosional (kemampuan untuk berempati, berinteraksi dan mempengaruhi orang lain), kecerdasan kontekstual (kemampuan untuk mengidentifikasi dan membuat alternatif dan mengeksekusinya dengan tepat), kecerdasan moral (kemampuan untuk mencapai tujuan sesuai nilai moral yang ada), kecerdasan generative (kemampuan untuk melahirkan ide-ide baru), kecerdasan eksploratif & transformasional (kemampuan untuk menciptakan masa depan baru yang diinginkan) dan kecerdasan ekosistem (kemampuan untuk bekerjasama dan bersinergi).
SMA Pradita Dirgantara dirancang untuk menghasilkan anak didik yang setelah lulus memiliki global competences, global mindset, global leadership, international recognition dan respect terhadap budaya dan alam Indonesia.
SMA Pradita Dirgantara mengembangkan kurikulum berdasarkan 4 aspek, yaitu spiritual, sikap, pengetahuan dan keterampilan.
“Apa yang dipikirkan SMA Pradita Dirgantara memang sudah mencerminkan bagaimana kita menghadapi tantangan disrupsi," sebut Prof. Rhenald.
Ia menambahkan, yang tidak kalah penting adalah cinta tanah air, keseimbangan antara science dengan liberal art, tapi jangan lupa bahwa kita juga menghadapi tantangan global” kata Prof. Rhenald.
Hadir pula, Jumeri,S.TP., M.Si, Dirjen Pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud dan Prof. Sahbaz Khan Director and Representative UNESCO Jakarta.
Selain itu, hadir juga Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI dari beberapa negara, Rektor beberapa Universitas, Pimpinan Redaksi Media, Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan, Kepala Sekolah, guru dan siswa sekolah Unggulan di Indonesia, Athan/Atud seluruh dunia, dan dari Unsur TNI AU.
Jumeri, S.TP., M.Si, Dirjen Pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud menyajilan materi mengenai “Merdeka Belajar dalam Konteks Sekolah Berasrama”.
Dalam paparannya, ia menyebut, Visi Pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Merdeka belajar merupakan kebijakan baru dari Menteri Pendidikan Indonesia. Konsep pendidikan merdeka belajar berfokus pada pengembangan kemampuan kognitif siswa.
Masih menurutnya, Strategi dalam merdeka belajar yaitu belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, system terbuka (Kerjasama antar pemangku kepentingan), guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar, pedagogi berbasis kompetensi dan nilai-nilai kurikulum dan penilaian, pendekatan berbasis kompetensi dan nilai-nilai, kurikulum dan penilaian, pendekatan berbasis kebutuhan individu dan berpusat pada siswa, pembelajaran yang memanfaatkan teknologi, program-program yang relevan dengan industry, kebebasan untuk berinovasi, dan sebagai agen untuk seluruh pemangku kepentingan.
"Keunggulan sekolah berasrama dalam merdeka belajar yaitu memungkinkan guru dan siswa berinteraksi erat dalam lingkungan sekolah," sebutnya.
Sekolah menjadi rumah bagi guru dan siswa, dimana interaksi antara guru dan siswa tidak terbatas pada jam sekolah saja.
“Sekolah yang dibina TNI seperti Pradita Dirgantara mengkolaborasikan antara aspek-aspek karakter, karena pasti dibangun karakter siswa dengan baik, perpaduan dengan kemampuan keilmuan yang tinggi," ungkap Zumeri.
SMA Pradita Dirgantara adalah sekolah ideal dan bisa menjadi sekolah penggerak pertama seperti yang kita harapkan dalam profil pelajar Pancasila. Jadi ada ketaqwaannya, berbudi luhur, kemampuan kolaborasinya, cinta tanah air, kemudian kegotongroyongannya bagus, kreatifitasnya, kemudian berpikir kritis. Ini sekolah ideal” imbuhnya.
Gunawan Zakki, mewakili Prof. Shahbaz Khan sebagai Director and Representative UNESCO Office Jakarta memberikan penjelasan tentang “SMA Pradita Dirgantara sebagai Member UNESCO ASPnet” SMA Pradita Dirgantara sendiri resmi menjadi member UNESCO ASPnet pada Desember 2020 lalu. UNESCO adalah salah satu Lembaga PBB yang mendapat mandat terkait pelaksanaan SDGs atau agenda pembangunan berkelanjutan 2030 terutama tentang pendidikan yang berkualitas.
Salah satu keunggulan SMA Pradita Dirgantara adalah karena para siswa tinggal di asrama dengan bermacam latar belakang. Baik suku, agama, bahasa dan ekonomi. ini menunjukkan bahwa ada nilai plus yang di angkat oleh SMA Pradita Dirgantara sehingga bisa menjadi bagian dari jaringan sekolah UNESCO. “Dengan menjadi member, akan terangkat jaringan di SMA Pradita Dirgantara, tidak hanya di Indonesia tetapi juga meluas ke tingkat global," kata Gunawan.
Acara talkshow juga menghadirkan Direktur Direktur Pengembangan Sekolah Pradita Dirgantara Bapak Dwi A. Yuliantoro, Ph.D yang memaparkan mengenai SMA Pradita Dirgantara terkait visi misi, learners profile dan upaya pencapaian visi misi tersebut melalui desain kurikulum standar nasional pendidikan dan global competences, serta prestasi dan pencapaian SMA Pradita Dirgantara.
Penghujung acara semakin menarik karena ketua umum Yayasan Ardhya Garini, ibu Nanny Hadi Tjahyanto memperkenalkan sosok lulusan SMK tetapi sudah mampu mendunia dengan karya desain yang mereka buat yaitu Arfi’an Fuadi. Ibu Nany menyampaikan bahwa hal tersebut adalah contoh penerapan dari konsep merdeka belajar yang sesungguhnya. Siswa bisa belajar darimana dan dari siapa saja. Merdeka belajar juga merupakan harapan dari para pendiri SMA Pradita Dirgantara agar menjadikan sekolah ini sebagai taman siswa yang menghasilkan lulusan yang bisa menjadi pemimpin dunia masa depan.**
Komentar Via Facebook :