Kanker Paru Hantui masyarakat Global, Sequis Punya Solusinya
Jakarta - Sejak awal 2020, masyarakat telah banyak mengalami gangguan kesehatan akibat Virus covid-19. Salah satu dampaknya adalah sulitnya mendeteksi gejala penyakit lain seperti kanker paru. Padahal, gejala yang paling umum adalah batuk tidak kunjung sembuh atau batuk kronis hingga mengeluarkan darah, terasa nyeri pada bagian dada, punggung, atau bahu, mengalami sesak napas, serta berat badan turun drastis.
Mungkin, sebab sekilas mirip dengan covid-19 sehingga penderita dapat mengira dirinya terinfeksi covid-19. Hal semacam ini yang bisa menyebabkan risiko terlambatnya pasien mendapatkan penanganan medis sesuai penyekit yang dideritanya.
Dokter Spesialis Paru RS Premier Jatinegara, dr. Kasum Supriadi Sp.P menyebut, untuk menentukan pasien menderita kanker paru perlu dilakukan diagnosa pasti. Jika ada sel tumor pada saluran pernapasan, parenkim paru, atau pada pembungkus paru. Bedanya dengan gejala covid-19,kata Kasum, penderita Kanker paru lebih sering mengalami demam, gangguan saluran pernapasan, atau gangguan organ lainnya.
kanker paru lanjut Kasum, dapat dipicu oleh gaya hidup yang buruk, seperti mengonsumsi makanan junk food, kebiasaan merokok, alkohol secara berlebihan, dan obesitas. Selain itu, perubahan gen atau mutasi DNA terkait faktor keturunan juga harus diwaspadai. Jika terdapat pasien kanker paru dalam keluarga, sebaiknya anggota kelarga lain melakukan pemeriksaan dini dan berkala agar diketahui gejala kanker sedini mungkin.
"serangkaian proses mendeteksi kanker paru, yakni anamnesa (wawancara pada pasien), pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan dahak dan biopsi jaringan paru, foto rontgen dada, CT scan paru dengan zat kontras, bronkoskopi atau endoskopi pada paru. Bila dari serangkaian proses pemeriksaan ditemukan bahwa pasien mengidap kanker paru maka dokter paru akan menentukan tindakan medis yang sesuai," sebutnya.
Tahun 2018, disebutkan sekitar 26.069 orang di Indonesia meninggal karena kanker paru setiap tahunnya (data Global Burden of Cancer Study), dengan 30.023 kasus baru. Angka ini tertinggi di Asia Tenggara dengan persentase angka kematian karena kanker paru di Indonesia mencapai 19,3% dibanding total kematian dari seluruh kanker lainnya.
Dr. Kasum menyebutkan, pasien kanker paru stadium 4 rata-rata dilaporkan meninggal dunia dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan karena faktor infeksi. Oleh sebab itu, jika terdapat gejala yang mengarah ke kanker paru haruslah segera diobati. Pasien yang mengidap stadium 4 memiliki angka progresifitas (stadium lanjut) yang cepat.
Ia pun mengajak masyarakat ikut terlibat aktif menurunkan prevalensi kanker paru dengan meningkatkan literasi kesehatan soal kanker, khususnya kanker paru. Mengetahui gejala sangat penting, walaupun tidak semua kanker menunjukkan gejala dini, tahapan penyembuhan, hingga cara kita memperlakukan pasien kanker demi membantu proses penyembuhannya.
Baca Juga : Jenderal Listyo Sigit Bertandang Ke Mabes TNI
Memperlakukan pasien membantu proses penyembuhan harus melibatkan keluarga. Apa saja yang menjadi keluhan mereka adalah catatan penting untuk mengetahui kemajuan atau kemunduran kesehatan pasien.
Dr. Kasum menyarankan agar keluarga memastikan suplai oksigen pasien dengan cara memantau tanda vital pernapasan, tensi, suhu, nadi, dan saturasi oksigen. Jika terlihat perubahan yang menurun maka segera konsultasikan ke dokter agar dokter dapat menentukan apakah pasien perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit atau tidak.
Health Claim Senior Manager Sequis, dr. Yosef Fransiscus ikut menyarankan agar masyarakat mencari informasi medis dari sumber tepercaya, yakni dari dokter. Ia pun mengajak masyarakat menjadikan cita-cita mencapai hari esok yang lebih baik sebagai semangat untuk melakukan gaya hidup sehat setiap hari sebagai upaya melawan sakit kanker.
"Kita dapat meraih hari esok jika fisik dan finansial kita sehat. Untuk itu, sangat baik jika kita mulai melakukan gaya hidup sehat, yaitu memperbaiki asupan dengan yang bergizi dan rutin berolahraga. Perlu juga menyeimbangkan waktu antara bekerja dan beristirahat serta memiliki pola pikir yang positif dan terbuka," ujar dr. Yosef
Ia juga menyarankan agar masyarakat melengkapi diri dengan asuransi kesehatan sebagai bagian dari perlindungan finansial. Sebab menurutnya, asuransi kesehatan berperan untuk mengganti biaya pengobatan yang nilainya sesuai perjanjian yang tercantum pada polis.
Hingga saat ini kanker paru dicover BPJS, akan tetapi banyak terapi penunjang yang harganya mahal justru diluar tanggungjawab BPJS.
Untuk mendukung perlindungan finansial bagi masyarakat melalui asuransi kesehatan, Sequis menyediakan sejumlah produk asuransi kesehatan dengan beragam manfaat, seperti Sequis Q Infinite MedCare Rider dengan XBooster dan Sequis Q Health Platinum Plus Rider.**
Komentar Via Facebook :