International Mathematics Competition (IMC), Mahasiswa ITS Rebut Perunggu

Jakarta - Ajang International Mathematics Competition (IMC) yang dituan rumahi oleh American University di Bulgaria secara daring. Mahasiswa ITS Departemen Matematika Alvian Alif Hidayatullah berhasil mendapatkan penghargaan perunggu.
Alvian mengatakan, IMC ke-28 kali ini memiliki sistem penghargaan yang berbeda dari perlombaan biasanya. Pada lomba ini, setiap tingkat penghargaan diberikan kepada 20 persen dari jumlah peserta di luar penerima Grand First Prize yang berjumlah 10 orang.
Baca Juga : Hindari Serangan Siber, RevBits Tawarkan Solusi
“Sehingga di sini, saya dengan skor 14 bersama 120 peserta lainnya bisa mendapatkan Third Prize atau penghargaan perunggu,” katanya melalui siaran pers, Selasa (10/8/21).
Mahasiswa asal Sampang, Madura ini berangkat mengikuti IMC mewakili tim Indonesia bersama 10 mahasiswa lainnya yang dinaungi oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Peserta yang berada dalam tim Indonesia merupakan para pemenang dari Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan (KN MIPA) 2020. “Saya sendiri tahun lalu menerima penghargaan perak di KN MIPA,” ceritanya.
Dari 11 orang tim perwakilan Indonesia tersebut, 9 diantaranya berhasil merebut penghargaan medali. Yakni 1 orang mendapatkan medali emas, 3 meraih medali perak, dan 5 orang (termasuk Alvian) berhasil menyabet medali perunggu. Sedang dua orang lainnya berhasil mendapatkan penghargaan honorable mention.
Pemuda kelahiran 2 Oktober 1999 ini menceritakan, pengerjaan soal dilakukan selama 2 hari dengan 4 soal dikerjakan selama 4 jam setiap harinya. Pengerjaan soal dilakukan dari rumah masing-masing peserta dengan pengawasan oleh leader tim lewat aplikasi Zoom.
Pengerjaan ini direkam supaya misalnya nanti ada jawaban yang mirip, ada bukti bahwa kami tidak bekerja sama,” katanya.
Sistem penilaian yang lebih ketat membuat peserta harus memberikan jawaban yang lengkap dan jelas sesuai dengan apa yang diminta pada soal. “Misalnya kita menjawab banyak tapi tidak mengarah pada soal, itu poinnya sedikit saja,” bebernya.
Pengerjaan yang harus dilakukan dalam Bahasa Inggris pun diakui menjadi salah satu hambatan bagi mahasiswa angkatan 2018 ini. Karena penggunaan bahasa asing dalam bidang matematika cukup berbeda dengan bahasa sehari-hari, Alvian merasa masih kurang fasih.
“Tapi untungnya dengan adanya pelatihan sebelumnya jadi bisa membiasakan mengerjakan soal dalam Bahasa Inggris tersebut,” tutur alumnus SMAN 1 Sampang ini.**
Komentar Via Facebook :