Gadis Manis Ini Putuskan Pacar Karena Tolak Keberagaman

Line Jakarta - Afi Nihaya Faradisa namanya. Gadis manis berjilbab ini bercerita tentang kasih asmaranya yang kadas akibat keberagaman. Dia memutuskan pacarnya karena menolak pemikiran tentang keberagaman.
"Awalnya ya hanya teman buat diskusi tapi lama-lama enggak asyik karena dia enggak mendukung pikiran saya tentang keberagaman. Jadi dari pada debat enggak jelas ya mending putus aja," kata Afi sambil tertawa.
Gadis yang baru lulus SMA itu menolak menyebutkan nama mantan pacarnya dan perdebatan yang terjadi antar keduanya. Gadis yang memiliki follower sebanyak 391.893 orang di akun facebook ini pernah ditegur temannya karena dia makan di rumah temannya yang berbeda agama.
"Mereka bilang eh kenapa ke rumah dia kan agamanya beda sama kamu. Makan di sana juga. Saya sempat terkejut. Memang kenapa? Salahnya sebelah mana?," katanya.
Baca Juga : 160 Ribu Anak di Riau Belum Tersentuh Pendidikan
Ia juga merasakan sendiri bagaimana betapa paham radikal begitu hebat mempengaruhi teman-temannya. "Akhirnya, mereka tidak bisa menerima perbedaan yang ada, seperti perbedaan agama contohnya," tutur Afi.
Afi juga mengkritik sistem pendidikan di Indonesia. Kritik tersebut diunggah di akun facebook miliknya pada tanggal 2 Mei 2017 bertepatan perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2017 lalu.
Baca Juga : Ratio Pendidikan Riau di Bawah Standar Nasional
Dalam tulisan berjudul 'Mengapa Jumlah Anak Bodoh Jauh Lebih Banyak Daripada Jumlah Anak Pintar'
Afi mengunggah gambar sosok guru dengan tulisan "Kalian gagal dalam ujian" dan gambar siswa SD dengan tulisan, "Tidak. Bapak yang gagal mendidik kami".
"Saya tidak suka matematika tapi bukan berarti membenci pelajaran matematika dan membenci guru matematika. Nilai matematika saya selalu bagus dan guru favorit saya adalah guru yang mengajar matematika. Saya tidak suka matematika tapi suka ke pelajaran lain," katanya seperti dilansir kompas.com.
Baca Juga : Skip Challenge Dilarang di Pekanbaru
Dalam statusnya tersebut, Afi juga menuliskan kesimpulan yaitu sesungguhnya tidak ada siswa yang bodoh, yang ada hanya siswa yang tidak berkesempatan untuk belajar dengan benar.
"Saya sangat ingin anak muda menemukan bakatnya sejak awal dan guru serta lingkungan mendukung. Selain itu mereka juga memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang baik contohnya adalah menulis hal-hal yang inspiratif," ungkapnya. **
Komentar Via Facebook :