Peserta Lemhanas Studi Strategis di Riau

Peserta Lemhanas Studi Strategis di Riau

Line Pekanbaru - Sebanyak 23 orang peserta Program Pendidikan Regular Angkatan (PPRA) LVI Tahun Ajaran 2017 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI melakukan studi strategis di Provinsi Riau. Tiga peserta di antaranya berasal Vietnam, Timor Leste, dan Vietnam.

Rombongan peserta Lemhanas dipimpim Mayjen TNI Nunu Nuggraha. Kehadiran mereka diterima Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, di Balai Pauh Janggi, Jalan Pangeran Diponegoro, Pekanbaru, Senin (17/7).

Nunu menyebutkan Riau memiliki kontribusi besar dalam ketahanan nasional. Para peserta diharap memperoleh gambaran aspek, sosial, ekonomi, dan budaya dalam sudut pandang ketahanan pangan di Riau.

"Peserta diminta memberi solusi terhadap berbagai macam persoalan di Riau," kata Nunu seraya berharap semua pihak di Riau membantu peserta Lemhanas dalam kelancaran studi strategis mereka.

Sedangkan Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, mengucapkan terima kasih pada Lemhanas yang terus memperhatikan Provinsi Riau. Katanya, dari 34 provinsi di Indonesia, Lemhanas hanya memilih lima provinsi sebagai tempat studi strategisnya, salah satunya Provinsi Riau.

"Lemhanns ini banyak membahas masalah sosial budaya selama di Riau nanti. Mereka akan melihat kerukunan umat beragama di Riau guna menjadi kemanan NKRI," ungkapnya.

Selain itu, Andi Rahman, sapaan Arsyadjuliandi, juga memaparkan kondisi umum Riau secara konfrehensif. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, program strategis nasional, potensi daerah, serta program-program sedang berjalan.

Menurut Andi pertumbuhan ekonomi Riau dua tahun terakhir kurang baik namun di Triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi  2,82 persen. "Kita optimis dengan mulai membaiknya keadaan ini," ujar Andi.

Katanya, pascaterjun bebasnya harga dua komoditas andalan Riau yakni migas dan hasil perkebunan di pasar dunia, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Dana Bagi Hasil (DBH) kedua komoditi ini terus turun. Di sisi lain, banyak masyarakat Riau bergantung pada sektor perkebunan.

Menurut Andi, Riau tidak bisa lagi mengandalkan kedua komoditi itu. Karena itu, Pemprov Riau telah menggarap program-program non-migas, di antaranya pariwisata berbasis budaya, perikanan dan kelautan, serta pengembangan wilayah pesisir.

"Termasuk program strategis nasional di Riau yang memberi sumbangsih besar bagi pembangunan, seperti pembangunan jalan tol dan rel kereta api Pekanbaru-Dumai akan menghubungkan kawasan daratan dan pesisir sehingga ikut mendongkra perekonomian Riau," ujarnya.

Diskusi menjadi hangat ketika peserta Lemhanas mengajukan pertanyaan terkait kerawanan pangan, kondisi infrastruktur, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terpusat di kabupaten/kota tertentu, kondisi terkini produksi sawit dan migas Riau.

Andi mengakui daerah yang memiliki banyak sumber daya alam migas dan perkebunan sawit tidak menjamin pertumbuhan ekonomi. Contohnya, Siak, Bengkalis dan Dumai yang menjadi sumber migas pertumbuhan ekonominya minus.

"Karena selama ini pertumbuhan ekonominya sangat bergantung terhadap migas, DBH menurun pertumbuhan ekonomi dan pembangunan lesu," ungkapnya.

Demikian juga dengan Kuantan Singing dan Rokan Hulu yang mengandalkan perkebunan kepala sawit dan karet. "Tahun 2015 harga sawit turun drastis sehingga memukul perekonomian masyarakat di sana," katanya.

Sebaliknya, Kabupaten Indragiri Hilir, yang memiliki ribuan hektar kebun kelapa, mampu menguasai ekonomi, karena kebanyakan komoditi kelapa di sana dimiliki masyarakat. **


Komentar Via Facebook :