Kekerasan Anak di Riau Memprihatinkan

Kekerasan Anak di Riau Memprihatinkan

Line Pekanbaru - Pemilihan Riau sebagai tuan rumah peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2017 rupanya bukan tanpa alasan. Rupanya, angka kekerasan terhadap anak di Riau sangat tinggi dan sudah memprihatinkan.

"Riau dipilih sebagai tuan rumah HAN 2017 karena angka kekerasan anak di Riau tertinggi nomor dua se-Indonesia," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Yohana Yembise, dalam sebuah dialog intraktif di Pekanbaru, Sabtu (22/7) sore.

"Pernikahan usia anak di Riau cukup tinggi, KDRT, dan kekerasan seksual juga memprihatinkan. Jadi, Riau harus mendapat perhatian khusus," tambah Yohanna.

Berdasarkan data yang masuk ke kementeriannya, terang Yohanna, di  tahun 2015, kekerasan fisik pada anak di Riau tercatat satu kasus. Di tahun 2016, naik menjadi empat kasus. "Hingga Maret 2017, sudah dua kasus," katanya.

Sedangkan kejahatan seksual anak di Riau pada 2015 mencapai 32 kasus. Di 2016, naik menjadi 37 kasus. Sedangkan hingga Maret 2017 sudah tercatat 11 kasus.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Pekanbaru, Helda Kasmi, mengakui tingkat kekerasan anak di Riau cukup tinggi.

Bahkan, P2TP2A mendata pada tahun ini angka kekerasan anak di Riau mencapai 107 kasus. "Namun, hanya 50 kasus yang dilaporkan ke P2TP2 Pekanbaru," katanya.

Menurut Helda, banyak masyarakat di Riau enggan melaporkan kasus kekerasan pada anak ke penegak hukum. "Sebagian besar diselesaikan di tingkat masyarakat sendiri," ucapnya.

Sosiolog Resdayati menyebut kekerasan anak sebagaian besar dilakukan oleh orang terdekat, misalnya orang tua anak itu sendiri. Pemicunya tidak hanya karena faktor ekonomi. "Banyak juga orang kaya yang menganiaya anak kandungnya," katanya. **

 


Komentar Via Facebook :