London Digunjang Aksi Teror

Line London - Serangan teroris menggunjang pusat Kota London, Rabu (22/3) sore waktu setempat. Satu polisi dan tiga warga sipil dilaporkan tewas sedangkan jumlah korban luka diperkirakan 40-an orang.
"Tiga warga sipil tewas, sementara satu polisi pun menjadi korban. Lalu ada 40-an yang terluka," kata pejabat Pejabat AntiTeror Inggris, Mark Rowley, seperti dikutip AFP, Kamis (23/3).
Rowley mengambarkan, seorang pria yang melintas di jalur pejalan kaki di depan gedung parlemen tiba-tiba menikam seorang polisi lalu menembak mati polisi itu.
Serangan teror terjadi di dekat ikon Inggris 'Big Ben', tak jauh dari Jembatan Westminster. Akibatnya, para turis yang memadati areal wisata itu pun mengalihkan pandangannya ke lokasi penyerangan.
Pelaku lalu menaiki mobilnya dan menabrak pagar di gedung parlemen dan merengsek ke jalur pejalan kaki di Jembatan Westminster. Satu warga sipil dilaporkan tewas di jembatan ini.
Gedung perlemen terpaksa ditutup selama beberapa jam. Para wakil rakyat di gedung itu diungsikan ke Westminster Abbey dan kantor Kepolisian Metro London. Stasiun kereta bawah tanah di Westminster pun ditutup.
Helikopter ambulan mengudara dan polisi mengepung area di sekitar lokasi kejadian. Sementara wisatawan di London Eye terjebak di ketinggian 135 meter lebih dari satu jam.
PM Inggris, Theresa May, langsung menggelar jumpa pers di luar rumah dinasnya di Downing Street. Dia mengutuk aksi teror itu dan menyebutnya sebagai serangan terhadap nilai demokrasi di negara tersebut.
May bahkan menantang parlemen untuk bergerak cepat dan harus bersidang hari ini, Kamis (23/3).
"Kita semua akan bergerak maju, dan tidak akan memberi kesempatan kepada teroris, dan tak pernah memberi ruang untuk mereka menyuarakan kebencian dan iblis, hingga memecah kita," kata May yang berpakaian serba hitam.
Serangan terjadi setahun setelah teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) membunuh 32 orang dalam serangan ganda di Kota Brussels, Belgia.
Dan setahun setelah serangkaian serangan mematikan di Eropa, di mana Inggris tak pernah menjadi sasaran.**
Komentar Via Facebook :