Pengelola Museum Sang Nila Utama Dituntut Mundur

Pengelola Museum Sang Nila Utama Dituntut Mundur

Line Pekanbaru - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Aksi Peduli Sejarah Riau (Grapari) berunjuk rasa di halaman Museum Sang Nila Utama (SNU), Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, Selasa (4/4). Mereka menuntut pengelola museum itu mundur karena gagal menjaga koleksi di museum tersebut.

"Pengelola telah lalai dalam menjaga benda pusaka Riau. Kami menilai mereka (pengelola) sama sekali tidak kompeten dan tidak memiliki kapabilitas untuk menjaga sejarah Melayu," kata koordinator aksi, Andres Pransiska, dalam orasinya.

Kelalaian yang cukup fatal, katanya, tidak aktifnya kamera pengintai sejak 2010 silam. Lalu, lemari-lemari penyimpan koleksi tidak dikunci dan tidak layak. "Kita sangat miris kondisi museum seperti ini. Pemerintah telah melupakan sejarah negeri melayu dengan menelantarkan koleksi pusaka dalam kondisi rawan hilang," ujarnya.

Selain mendesak pengelola museum mengundurkan diri, mahasiswa juga meminta Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, memecat seluruh aparatur yang bertanggung jawab di museum milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau itu. "Kita meminta dipecat dan diproses hukum serta digantikan dengan aparatur yang peduli sejarah Melayu," tegasnya.

Massa juga minta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau yang berkantor di seberang museum itu ikut mengawal proses evaluasi pengelola museum itu serta proses penegakan hukum atas benda-benda bersejarah yang hilang dari museum itu.

Dalam aksinya mahasiswa menggelar ritual tolak bala. Setiap mahasiswa memengang tempurung kelapa yang berisi cairan bahan Semah berupa air, garam dan tepung terigu. Lalu, mereka menabur cairan itu di sekeliling gedung museum. "Harapan kami setelah adanya ritual ini tidak ada orang-orang berdasi, dan ghaib menyebabkan benda bersejarah kembali hilang," tuturnya.

Seperti diketahui, akhir Februari lalu, pengelola Museum SNU melapor ke Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pekanbaru karena pencuri menggondol delapan koleksi di museum itu. Koleksi itu terdiri dari Keris Melayu empat buah, masing-masing satu buah Pedang Melayu Sondang, Piring Seladon Emas, Kendi VOC dan Kendi Janggut.

Hebatnya, pencurian itu terjadi dua kali baru dilaporkan ke Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pekanbaru. Pertama tujuh koleksi yang hilang dari gudang penyimpanan koleksi, dan terakhir sebuah keris dari Indragiri Hulu hilang dari lemari pajangan.

Lebih parah lagi, seluruh kamera pengintai yang terpasang di museum itu sudah tidak berfungsi sejak tahun 2010. Akibatnya, kedua aksi pencurian itu tidak terekam sama sekali. **


Komentar Via Facebook :