Pemilih Pemula, Tantangan atau Peluang

Jakarta-Pilkada serentak yang dilaksanakan sejak 2005 menjadi tantangan tersendiri bagi KPU sebagai pelaksana, KPU butuh kerja ekstra dalam persiapan secara administrasi maupun teknis pelaksanaan.
Pertambahan penduduk setiap tahun juga membutuhkan kontrol yang tidak mudah, terutama kalangan milenial yang lebih disibukkan oleh karir dan pekerjaan.
Komisi Pemilihan Umum sebagai pelaksana dilapangan dituntut lebih keatif memformulasi sistim dengan keadaan di masyarakat. Pasalnya, tingkat partisipasi pemilih juga ditentukan oleh seberapa serius KPU dalam mengelola keterbatasan yang ada. Sulitnya menjangkau sebagian daerah dengan pulau-pulau yang ada juga menjadi tidak mudah.
Pilkada Serentak 2020 yang dilaksanakan di 270 daerah di tengah pandemi Covid-19 merupakan kerja besar bagi KPU.
Sosialisasi terus-menerus harus dilakukan agar dapat menjaring pemilih pemula secara maksimal. Lain halnya dengan para calon kepala daerah yang dipaksa mencari rumusan sistim kampanye yang sfektif dan jitu di tengah pandemi Covid-19 dan adanya aturan pembatasan kampanye terbuka yang dikeluarkan oleh KPU bersama Bawaslu.
Simulasi Pemungutan Suara Pemilihan Serentak 2020 dengan Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19, di Kantor Pusat KPU. Jakarta, 22 Juli 2020 merupakan sarana uji coba penerapan aturan PKPU nomor : 6/2020.
Jumlah pemilih pemula selalu meningkat setiap tahun. Pada 2015, ada 1,8 juta orang atau 1,83 persen dari total pemilih. Di 2017, ada 2,2 juta orang atau 5,3 persen pemilih.
Pada 2018, ada 10,6 juta orang atau 6,59 persen dari total pemilih. Sementara tahun ini, diprediksi ada 3 juta orang atau sekitar 2,8 persen. Jumlah itu meningkat dari pemilihan lima tahun lalu. Berdasarkan data KPU pada Pilkada 2020 ada sekitar 3 juta pemilih pemula.
Khoirunnisa Direktur Eksekutif Perludem, menilai, anak muda punya minat partisipasi politik yang tinggi. Namun mereka seringkali dikecewakan.
"Ada kecendrungan mereka jadi apatis terhadap politik formal, salah satu faktornya, informasi yang memadai seringkali tidak mereka dapatkan terkait keterlibatan mereka dalam program-program pemilu," ujarnya Kamis (22/10).
Ia berharap kaum muda bisa menggunakan hak pilihnya pada pilkada serentak 2020. Pasalnya, suara mereka diyakini menjadi penentu kondisi daerah masing-masing lima tahun ke depan.
"Kaum milenial punya kepentingan dan juga butuh diperjuangkan. Berikan mereka ruang lebih untuk mempertimbangkan siapa calon yang berpihak pada kepentingan anak muda," pungkasnya.**
Komentar Via Facebook :