Terkait Pencopotan Baliho HRS, Pangdam Jaya: Itu "Masalah Kecil"

Terkait Pencopotan Baliho HRS, Pangdam Jaya: Itu "Masalah Kecil"

Jakarta - Nama Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurrahman Panglima Daerah Militer Jayakarta belakangan menjadi perbincangan publik, hal ini terkait pencopotan sejumlah baliho bergambar Habib Rizik Sihab yang bertebaran di sejumlah wilayah di DKI. Diakuinya, perintah itu menyusul tindakan yang sebelumnya telah dilakuan oleh satpol PP DKI jakarta namun dihadang oleh FPI 

Saya tidak layak menerima ucapan dan dukungan seperti itu, saya hanya melaksanakan tugas sebagai Pangdamjaya, saya juga tidak mengharapkanlah, ujarnya.

Masih menurutnya, bahwa penertiban sebenarnya sudah dilakukan jauh hari sebelumnya oleh pihak kepolisian dan satpol PP, namun saat itu ada penolakan dari pihak FPI.

"Dua bulan yang lalu sudah dilakukan penertiban oleh satpol PP dan kepolisian, namun,  dihadang oleh FPI. Sementara aturannya kan sudah ada! harus sesuai penempatan, gak bisa sembarangan, jangan seenaknya dan semaunya sendiri, negara ini negara hukum," kata Pangdam tegas. "Kalau satpol PP sudah tidak sanggup lagi, terus siapa lagi yang harus bertindak?"ungkapnya. 

Sejumlah masyarakat bahkan mengirimkan dukungan dengan ucapan dalam bentuk papan bunga hingga memenuhi halaman markas Kodamjaya di jakarta.

 

Tindakan itu kemudian diikuti dengan deklarasi sejumlah elemen masyarakat di wilayah Indonesia yang menolak kehadiran HRS di wilayah mereka. 

Mayor Jenderal Dudung lahir di Bandung tahun 1965 dari keluarga sederhana, kemudian masuk Akmil tahun 1985 setelah lulus SMA, menempuh pendidikan hingga lulus 1988 dengan kecabangan Infanteri dengan pangkat Letnan Dua. 

Memulai karir sebagai Dandim 0406 Musirawas-sumatera Selatan, selanjutnya dipercaya menjabat sebagai Dandim 0418 Palembang, menyusul sebagai Danrindam II sriwijaya, Dandenma Mabes TNI , tahun 2015 sebagai Wakil Gubernur Akdemi Militer hingga 2016, tahun 2018 menjabat Gubernur Akademi Militer, 27 juli 2020 diangkat menjadi Pandam jaya.

"Di kodam jaya ini panglimanya saya, karena ini menyangkut kewilayahan maka saya konsultasi dengan kapolda dan Gubernur,"ujarnya.

Panglima TNI itu kan tugasnya banyak, masa masalah mencopot baliho aja harus dilaporkan! tapi tetap apapun kegiatan yang  kita lakukan pastilah kita sampaikan ke pimpinan,"ungkapnya saat wawancara dengan sejumlah media di Jakarta.

Menurutnya, TNI tidak hanya punya tugas dalam operasi militer. Dudung merinci, tugas kami ada dua, pertama adalah Operasi Militer Perang (OPR), kemudian Operasi Militer Selain Perang (OPSR).

Banyak yang sudah kami lakukan ungkapnya, antara lain  membantu bulog, membantu pertanian, berapa juta kita sudah cetak sawah dalam rangka membantu pemerintah? "saat kami membantu pemerintah cetak sawah, menanggulangi bencana alam sedikit yang mengapresiasi, giliran ada kegiatan ini dicerca," bebernya.

Ditambahkannya, masa menurunkan baliho dipermasalahkan, giliran kita melakukan banyak hal yang berhubungan dengan kepentingan rakyat, pujiannya sedikit."Hukum tertinggi adalah keselamatan rakyat," kata Dudung. Ditegaskannya, hidup ini mengandung resiko dan misteri, jadi kalau hati nurani kita kuat, apapun yang kita hadapi harus berani. 
 
Menjalani hidup yang tidak mudah, pernah berjualan koran.hingga jualan kue. "Seharusnya saya masuk pagi,karena harus ngantar koran pagi maka saya minta untuk masuk siang. jam 4 sudah berangkat ambil koran sampai jam 8 pagi, setelah itu ngantar kue ke sekolah-sekolah." katanya mengisahkan.

Menurutnya, ciri pemimpin itu hanya satu, dia harus berani mengambil keputusan,"kalau keputusan itu benar, bagus, kalaupun salah masih  bagus, daripada tidak berani sama sekali," ungkapnya. kalau kita ingin berhasil, kata ibu saya kita mengerti tujuan hidup, mengasihi sesama manusia, berpikir positif. 

Saat menjabat Gubernur Akmil saya wajibkan sholat subuh, Magrib, Sholat Duha, bahkan Tahajud. Itu tidak berlaku hanya utk yang beragama Islam.

Saat saya menjabat Gubernur Akmil kata Dudung, tidak ada gereja di komplek, tdk ada pura di komplek, kemudian saya bangun gereja dan Pura, saya ingin sedini mungkin mengajarjan mereka untuk toleransi, jangan merasa agamanya paling benar
 
Keberhasilan dan kemengan itu berasal dari keberanian merubah sesuatu, ujarnya, saya gak mau datar-datar aja. Jadi pemimpin pemimpin itu harus punya imajinasi, inovasi, visi dan misi, punya harapan, kalau tidak punya itu semua, maka datar-datar aja kita.

Dia menjelaskan, bahwa tindakan itu tidak ada hubungannya dengan Presiden Jokowi sebagaimana tudingan sebagaian pihak. Kata Pangdam , tidak ada perintah, dalam jabatan sebagai Pangdam saya bertanggaung jawab secara kewilayahan.

Terkait tindakan terhadap seorang anggota, Ia menjelaskan, anggota itu mendapat perintah mengamankan bandara Soekarno Hatta, bukan untuk menjemput seseorang. 

"Setiap anggota TNI wajib menjaga kerahasiaan tugas sekeras-kerasnya, dengan tindakan yang dia lakukan berarti sudah membongkar kerahasiaan tugas itu sendiri," ungkapnya.

Dilanjutkannya,"Perintahnya mengamankan Bandara, yang disampaikannya malah dalam rangka menjemput Habib rizik. Persolan dia kagum silakan, kita punya keyakinan masing-masing. Yang salah itu dia menyalahgunakan kewenangan,"tambah Pangdam.

 Dia juga menyinggung soal statemen membubarkan FPI, menurutnya, pernyataan yang sebenarnya adalah "kalau perlu dibubarkan" bukan membubarkan FPI! karena itu bukan tugas Pangdam, apa hubungannya pangdam membubarkan ormas, tapi kemudian dipelesetkan oleh orang-orang tidak yang tidak paham seolah-olah Pangdam akan membubarkan FPI," ujarnya.

"kalau saya begini aja, Panglima Besar Jenderal sudirman itu lahir 24 januarai 1916, pada 1 Maret 1949 terjadi serangan umum di Yokyakarta.  yang dipimpin letkol suharto atas perintah Jenderal Sudirman. Saat itu umurnya 31 tahun sudah berani bergerilya untuk memberitahukan kepada dunia bahwa TNI kuat dan akan tetap berjuang. Saya sudah 55 tahun gak berbuat apa-apa untuk negara ini! ngapain aja kalau begitu?" pungkas Dudung.**
 


Batara Harahap

Komentar Via Facebook :